Cinta lagi-lagi
menyusahkanku, ketika aku sedang nyaman-nyamannya membangun benteng kesendirian.
Menguji setiap perasaan-perasaan yang datang sesaat sambil kembali menebar
benih-benih cinta yang aku-tidak-pedulikan entah mau tumbuh atau tidak, dan
kadang menolak tawaran-tawaran perasaan yang beberapa orang lain berikan. Aku
bingung, ada seseorang yang bisa melewati pertahanan benteng ini begitu saja!?
Ia berjalan
layaknya ratu dengan sedikit pengawalan. Ia masuk begitu saja ke bentengku, pasukan
penjaga pintu bahkan tak ingin menghalangnya. Segala macam sudut pandang, suara
sumbang bahkan logikaku pun tak mampu menemukan solusi untuk bertahan darinya.
Sebenarnya aku
belum pandai memandang ketulusan. Aku hanya mengalir begitu saja dengan polos,
belum pandai memilah-milah apakah perasaan yang mereka lontarkan itu kekaguman
atau hanya obsesi. Egonya menguasaiku, ia melumpuhkan pasukan bertahanku. Ia berkeliling
melihat-lihat keadaan istanaku seenaknya, tidak lebih.
Ia kemudian
datang ingin menghiasi istana yang rumit bagai labirin ini. Katanya ia menyukai
beberapa karya yang telah terpajang di dalamnya. Ada banyak ruang kosong tak
terpakai, sebagian gelap-gulita dan sebagian lagi penuh dengan sarang
laba-laba. Ia ingin tinggal di istanaku, membereskan beberapa ruang kosong, membangun
perpustakaan, menata ruangannya sendiri, berimajinasi tentang masa depan.
Aku
membiarkannya, ternyata aku juga tak menemukan alasan untuk menolaknya, aku
bahkan berbalik mencintainya.. tanpa kondisi. Seketika istana ini menjadi hijau
ditumbuhi dedaunan dan bunga. Bunga Mawar didominasi bunga Tulip yang berwarna-warni
mendamaikan dan menenteramkan hati sang penghuni istana.